Laman

Minggu, 25 November 2012

Wasiat Kanjeng Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani



Berkenaan dengan manusia, Syaikh Abdul Qadir berkata, “betapa menakjubkan manusia, dan betapa indah hikmah Sang Pencipta. Jika saja ia tidak mengikuti hawa nafsunya maka ia akan memerintah dengan akal. Jika bukan karena kerumitan karakternya maka ia akan dibanjiri berbagai makna. Dia adalah peti besi tempat menyimpan berbagai rahasia kegaiban, dia juga merupakan wadah cahaya sekaligus kegelapan yang menakutkan. Dia yang roh di dalamnya ditabiri dengan bentuk dari berbagai sumber ajaib yang keindahan dalam setiap unsurnya ditampakkan di depan malaikat”.


Firman Allah Ta’ala, “Telah Kami muliakan anak cucu Adam (dalam majelis tersebut) .. dan Kami istimewakan mereka (dengan akal)”.

Ini merupakan isyarat bahwa manusia diciptakan Allah SWT, Sang Maha Mengetahui yang tampak dan yang tersembunyi. Setiap karang Ilahi yang berada di atas perahu Al-Ilm membawa mutiara arwah dari lautan hakikat untuk menyempurnakan pancaran Nuur AL-Yaqin. Kapal tersebut berlayar dengan tiupan angin roh ke medan pertarungan. Sang Sultan (akal) yang terdapat di dalamnya bangkit, saling berhadapan dan saling serang dengan sultan Hawa di medan dadanya. Pada saat itu nafsu merupakan tentara khusus bagi sultan hawa dan roh adalah tentara elit Sultan akal. Kemudian terdengarlah teriakan, “Wahai kuda Allah berlarilah dan bala tentara Allah munculah, serta majulah kemari wahai sultan hawa.” Semua menginginkan kemenangan partainya dan semua menginginkan kekalahan lawannya.
Pada saat itu taufiq (pandangan baik Allah) dengan Mata pengawasan-Nya terhadap para wali- berkata kepada kedua belah pihak atas nama Allah, “Barang siapa yang aku dukung, maka kemenangan baginya. Dan barang siapa yang aku tolong, maka kebahagiaan di dunia dan akhirat baginya. Kemudian aku tidak akan berpisah dengan siapapun yang aku dampingi sampai ia duduk di kursi Ash-Shidq “.
Saudaraku, ikuti akalmu maka ia akan membawamu mencapai ujung kebahagiaan besar. Dan jauhilah hawa dan nafsumu maka engkau akan melihat keajaiban kegaiban roh samawi dan pada saat itu fisikmu akan terbang, melayang dengan sayap inayah (pertolongan) dari sarang empuknya ke pohon “yang tinggi”. Membuat sarang di dalam AL-Qarb (kedekatan) dan mencicitkan kerinduan dan membisikkan kebahagiaan serata mengambil permata hakikat dari punggung Al-Ma’aarif, meninggalkan sarang sebelumnya di kegelapan eksistensinya.
Jika engkau telah luruh dari dunia, maka yang tersisa hanyalah rahasia-rahasia hati. Saat itu apabila Dia melihat ke dalam harimu, didaptinya hatimu bak ‘arsy-Nya . kemudian Ia simpan di dalamnya realitas – realitas / hakikat semua ilmu dan Ia jadikan hati tersebut sebagai wadah pengetahuan. Sata itulah engkau akan melihat dengan hatimu keindahan azazli, menepiskan semua yang disifati dengan al-Huduts (sesuatu yang baru). Mata hatimu akan bertemu dengan orang-orang alam malakut dalam cermin kedekatan. Dengan mata bathinmu engkau akan melihat berbagai penyingkapan tentang realitas ayat-ayat (kauniyah). Dengan demikian efek dari tanda-tanda kauniyah hilang dari lembar perhatianmu.
Akal yag telah tercerhakan ini bagaikan bintang terang di kegelapan. Pikiran yang bersih merupakan indikasi pemilik pengetahuan. Dan inayah yang disebutkan tadi menyingkapkan eksistensi keyakinan yang merupakan tirai keraguanmu apabila engkau dipenuhi prasangka. Sedangkan iradah / hasrat yang disebutkan setelahnya akan memotong pikiran bathil dengan tangan Al-Haq dalam keterbatasan dalil.

2. Bismillahir rahmanir rahiim

Allah Swt. berfirman:
“Barangsiapa mendapatkan kesesatan, maka ia tidak akan menemukan (dalam hidupnya) seorang wali yang mursyid” (Al-Qur’an).

Syeikh Abdul Qadir Al-Jilany berkata :
Bila anda ingin bahagia, begurulah pada seorang Syaikh (Mursyid) yang berilmu, mengenal aturan-aturan Allah Azza wa-Jalla, dan dengan ilmunya ia mengajarimu, mendidikmu adab, dan mengenalkan
jalan ma’rifatullah Azza wa-Jalla kepadamu.

Sang murid haruslah punya pembimbing dan bukti nyata. Karena ia berada di hamparan darat yang penuh dengan kajaengking, ular, bencana, kedahagaan, binatang buas yang mengancam. Maka
hati-hatilah terhadap semua ancaman bencana ini. Sang pembimbing menunjukkan mana tempat sumber air, dan mana pohon yang berbuah.
Namun bila murid sendiri tanpa punya bukti, ia akan terjerumus di bumi kebuasan, dan padang kebinatangan, kalajangking, ular dan bencana lainnya.
Wahai musafir dunia, jangan sampai kalian pisah dari kelompok, bukti dan sahabat-sahabat dekat. Bila itu terjadi anda bisa kehilangan segalanya, harta dan nyawa anda.
Wahai musafir akhirat, teruslah anda dengan bukti dari Allah, hingga anda smapai tujuan. Berbaktilah pada pembimbingmu dalam penempuhan jalan itu, perbaiki adabmu bersamanya. Jangan sampai anda keluar dari pandangannya, hinga dia mengajarimu, mendekatkan dirimu padaNya. Lalu ia mewakilkan padamu dalam menempuh Jalan itu karena pengawasannya atas kepatuhanmu, kejujuranmu, kecerdasanmu, hingga dirimu menjadi pemimpin dan raja sesuai dengan keahlian. Ia memberikan wewenang padamu untuk menaiki kendarannya, dan terus demikian hingga anda sampai pada Nabimu saw, lalu mursyidmu menyerahkan dirimu pada beliau, mendekatkan padamu dengan nyata, lalu memberikan pelimpahan pada hati, perjalanan batin dan makna-makna, hingga anda berjalan pergi ke hadapan Allah Azza wa-Jalla dan di hadapan para makhluk.
Anda menjadi pelayan di hadapan Nabimu saw. Lalu anda mendatangi makhluk dan sang Pencipta Azza wa-Jalla setahap demi setahap. Dan hal demikian bukan melalui proses nyepi dan angan-angan, tetapi dengan sesuatu yang tertancap kokoh dalam dada dan beramal yang benar.
Para Sufi senantiasa meninggalkan orang-orang dekatnya menempuh jutaan jarak hingga putus dengan nafsunya. Mereka mendengarkan Kalamullah Azza wa-Jalla dengan qalbunya dan maknya penghayatannya, serta membenarkan apa yang didengar hatinya melalui amaliah fisiknya.
Hai orang yang tidak mengerti! Bertobatlah kepada Allah Azza wa-Jalla dan kembalilah kepada kaum Shiddiqun utama, dan ikutilah mereka dalam ucapan, dan tindakan mereka. Jangan ikuti bangunan jalan orang-orang munafiq yang terus menerus berburu dunia dan kontra dengan akhirat, meninggalkan keutamaan Allah Azza wa-Jalla yang telah dijejakkan generasi sebelumnya. Mereka kaum munafiq itu menempuh jalan kanan, kiri, belakang, demi mencari jalan kemalasan, dan mereka tidak menempuh jalan utama yang benar, yaitu Jalan menuju Allah Azza wa-Jalla.
Anak-anak sekalian!
Mereka itulah kaum yang bergaul dengan dunia, demi dunia, esok tidak tahu bila akan putus dengan kalian. Bagaimana anda tidak memutuskan antara dirimu dengan mereka yang berlingkungan buruk, yang pergaulannya adalah selain Allah Azza wa-Jalla . Bila anda harus bergaul benar, maka bergaullah dengan orang-orang wara’, orang zuhud, ahli ma’rifat yang senatiasa beribadah demi berharap hanya kepada Allah Azza wa-Jalla, dan mereka memang dikehendakiNya.
Bergaullah dengan orang yang mengambil makhluk dari hatimu, dan memberikanmu kedekatan kepada Allah Azza wa-Jalla.Bergaullah dengan orang yang membuang kesesatanmu dan memberikan penegakkan konsistensimu. Maka kedua matamu akan memejam dari dunia lalu terbukalah pandangan akhirat, riwayat generasi dunia lalu tertutup, dan terbukalah riwayat generasi akhirat.
Ketakutan dan krisis meninggalkanmu dan gantinya adalah kemerdekaan dan kebebasan dari ular, kalajengking, binatang buas, dan mendudukkan dirimu pada tempat aman, santai dan bagus.
Bergaullah pada mereka yang seperti itu, bersabarlah atas ucapannya, menghadaplah dengan perintah dan larangannya, maka anda segera meraih kebajikan.
Berikan duniamu kepada yang berhak dan betawakallah, serta duduklah di pintu amal. Maka ketika itulah anda melemparkan diri anda di lautan tawakkal, hingga terpadu antara akibat dengan Sang Penyebab. Perbaikilah adabmu di hadapan gurumu, hendaknya anda lebih banyak diam, karena dengan diam itu lebih mengarahkan dirimu dalam adab yang baik, sedangkan su’ul adab bisa menjauhkan dirimu dengannya. Bagaimana anda bisa beradab, jika anda tidak bergaul dengan ahli adab? Bagaimana anda belajar sedangkan anda tidak rela dengan guru pengajar anda, dan anda pun tidak berbaik sangka padanya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar