Kisah
perjalanan para waliyulloh di era pertengahan maupun di zaman sekarang
tak pernah sepi dari cerita yang sangat menakjubkan.
Walau
berabad abad yang silam mereka telah meninggalkan, pulang ke
rahmatulloh, namun nama dan lakon hidup mereka masih tetap abadi dan
terus di kenang sepanjang masa.
Tidak
hanya itu, tempat dan atap di mana sosok seorang waliyulloh di
kebumikan, niscaya tempat itu menjadi naungan para umat manusia dalam
mencari berkah atau hanya berziarah.
Kisah
hidup mereka dari berbagai ulasan ahli sejarah maupun dongeng para
orang tua,
menjadi suatu kajian berbagi kalangan dan pihak, khususnya umat Islam untuk terus mengembangkan berbagai ilmu dan pemahaman serta segala bentuk tingkah laku dan sifatnya untuk selalu ditiru. Sehingga dari keluasan ilmu yang pernah diajarkan oleh para waliyulloh masa lalu masih terus bermanfaat untuk kita di zaman sekarang.
menjadi suatu kajian berbagi kalangan dan pihak, khususnya umat Islam untuk terus mengembangkan berbagai ilmu dan pemahaman serta segala bentuk tingkah laku dan sifatnya untuk selalu ditiru. Sehingga dari keluasan ilmu yang pernah diajarkan oleh para waliyulloh masa lalu masih terus bermanfaat untuk kita di zaman sekarang.
Bercerita
tentang sosok waliyulloh tentu kita banyak berkhayal karena terobsesi
akan kelebihannya, baik dari segi karomah yang dimilikinya maupun dari
kebersihan hati serta peran hidup sebagai derajat teragung di hadapan
Alloh SWT.
Dalam
konsep batin kita sebagai manusia di era modernisasi seperti sekarang
ini, ingin sekali bertemu atau setidaknya bisa sedikit diberi
perlindungan baik tentang keluasan ilmu maupun yang lainnya.
Namun
sayangnya zaman kewalian sudah tidak bisa kita temui lagi, sehingga
untuk mencari guru / mursyid yang bisa menuntun kita menuju puncak ma’rifatillah teramat sulit dan langka.
Lantas, masih adakah sosok waliyulloh di zaman ma’asi seperti
sekarang ini? Mungkin jawabannya (masih ada) sebab setiap perputaran
zaman ke zaman, titisan dari sifat Rosululloh SAW. Di muka bumi ini
harus ada yang memegang, yaitu disebut dengan nama, “Quthbul Muthlak”
Tapi
di manakah keberadaan mereka sebagai waliyulloh kamil bisa kita
temui?… disinilah para umat manusia mulai kehilangan kontak.
Sebab bagaimanapun juga antara zaman kewalian dengan sekarang ini jauh sekali perbedaannya.
Di
zaman wali, sosok waliyulloh dapat kita jumpai di berbagai daerah,
karena derajat wali pada masa itu sangat ditampakkan oleh Alloh SWT.
Sebagai Himmatul Ummat sosok manusia yang mempunyai kharisma dan karomah tinggi di hadapan ummatnya.
Sedangkan di zaman sekarang para waliyulloh, banyak menutup diri dari pandangan sifat manusia karena alasan fitnah.
Mengapa
disebut fitnah? Mengulas realita zaman ke zaman, kehidupan manusia
selalu berubah-ubah. Nah, seperti zaman sekarang ini misalnya, sifat
manusia lebih terarah kepada sifat duniawiyah dan terbelakang dalam hal
ilmu agama.
Segala
argumen dan hujjah banyak memakai logika dan pikiran belaka, bukan
dari hukum atau pemahaman ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Al-Hadits, atau keluasan kitab para Ahlillah.
Sehingga
dalam kenyataannya, umat manusia lebih banyak tertutup hati karena
kebodohan akan ilmunya dan akhirnya Alloh SWT. Menjauhkan mereka dari
orang-orang yang menjadi kekasih-Nya.
Lewat
nukilan kitab para ulama khosois, seperti “IHYA ULUMUDDIN, TAFSIR
QUR’AN AL-MUNIR, dan syarakh BUCHORI” banyak menerangkan: “mencari guru
mursyid yang bisa menjalurkan suatu keselamatan dunia akherat di zaman
sekarang, bagai KAL IBRITIL AHMAR / mencari microorganisme dalam tubuh kita sendiri”.
Karena
saking sulitnya, sehingga 97% ummat manusia banyak yang mati dalam
keadaan tersiksa, karena tidak membawa amal kebajikan yang memadai.
Memang
sungguh sangat mengerikan para ummat manusia di zaman yang sudah
terbilang akhir ini. Kita semua harus bekerja keras untuk mencapai
tujuan mulia dihadapan Sang Kholik di akhir zaman nanti.
Sebagai
ummat manusia yang penuh ke-dho’if-an, penulis ingin mengajak
bersama-sama dalam meraih derajat mulia di sisi-Nya kelak, lewat jalan
bertawassul.
Namun
sebelum pembedaran tawassul ini penulis kupas secara detil, alangkah
baiknya bila kita mulai membersihkan hati dari sifat yang kurang
diridhoi-Nya, mulai dari sekarang.
Sebab,
bagaimanapun semangatnya hidup kita dalam pembuktian suatu wujud ilmu,
apabila hati kita belum bersih dari sifat riya, ujub, takabur, dan
dipaksakan dalam melakukan setiap meritualkan amalan / wiridan, karena
suatu alasan, ada tujuan tertentu, dan bila tujuan kita sudah terkabul,
suatu amalan / wiridan ditinggalkannya lagi, maka apapun semangat hidup
kita dalam hal keikhlasan hati belum terbilang bersih.
Nah
untuk mengenal arti tawassul secara luas, misteri akan beberkan
rahasianya, sehingga, walau zaman telah berubah dan syafa’at para nabi
dan waliyulloh telah berkurang, semoga dengan bertawassul ini kita
masih tetap bisa berhubungan dengan para waliyulloh hingga mencapai
kesuksesan derajat termulia.
Tawassul atau wasilah, adalah suatu alat penghubung antara manusia hidup dengan orang yang sudah tiada (mati).
Dalam
konsep, tawassul sering dilakukan di berbagai tempat peziarah maupun
tempat peribadatan, seperti, saat akan memulai suatu dzikir, baca
barjamzi, tahlilan dan sebagainya.
Biasanya,
tawassul disini mempunyai saf / runtutan dari para nabi, malaikat,
waliyulloh dan semua ahli kubur dan lainnya, namun untuk membuktikan
bahwa bertawassul adalah suatu alat penghubung untuk yang dituju, harus
mempunyai peraturan dan tata cara tersendiri.
Lewat ulasan para waliyulloh kamil, mereka banyak memberi suatu pendapat, di antaranya:
Syeikh
Abdul Qodir Al-Jaelani, pernah berujar, “Bila aku mati kelak, ruhku
akan terus hadir di sela orang-orang yang setiap malamnya
mengistiqomahkan, bertawassul kepadaku dengan keikhlasannya, sambil tak
pernah henti-hentinya membaca surat Al-fatihah sebanyak 20.000 x
setiap malamnya”
Menurut
Imam Ibnul Aroby, “Barang siapa yang bertawassul kepadaku secara
istiqomah dengan hitungan 7 jam lamanya (dari jam 21.00 s.d. 04.00)
niscaya aku akan hadir tanpa perantara / suruhan / khodam, di manapun
kamu menginginkannya”.
Menurut
imam Abu Hasan Asy-Syadili r.a., “aku kan bertanggung jawab demi
keselamatanmua di dunia dan akherat, dan aku akan terus memohonkan
kepada-Nya atas segala permohonanmu, dan aku akan menyambangimu /
menjumpai di setiap malammu dan aku akan membawamu hidup-hidup di antara
kenikmatanku (surga) apabila kamu terus beristiqomah bertawassul
kepadaku di setiap malamnya, dengan memudawamkan 5000x surat Al-Fatihah
dan 4500x asma Hasbunalloh wa ni’mal wakil”.
Menurut
imam Abu Sufyan Atssaury, “Berbahagialah wahai ummatku, sesungguhnya
aku diberikan keluasan ilmu sebagai hamba yang mempunyai derajat
syafa’at di kemudian hari. Istiqomahkan bertawassul kepadaku di setiap
malamnya dengan terus membaca surat Al-Fatihah 7700 x dan solawat nabi
(Allohumma Sholli ala sayidina Muhammad) 7000x niscaya ruhku akan
selalu hadir setiap kau membutuhkanku, dan percayalah kepadaku, karena
sesungguhnya aku takkan tinggal diam untuk selalu mendoakanmu sampai
mencapai derajat mulia (surga)”.
Menurut
Syarifah Robiatul Adawiyah, ”sesungguhnya aku diciptakan antara hidup
dan setelah mati hanya punya satu tujuan, mengabdi kepada Alloh SWT.
Dan barang siapa yang bertawassul kepadaku secara istiqomah setiap
malamnya dengan membaca surat Al-Fatihah 3333x dan membaca istighfar
sebanyak 30.000x niscaya aku akan terus hadir menjumpaimu sampai dirimu
tanpa sadar menjadi seorang derajat waliyulloh kamil”.
Menurut
imam Asy-Sya’roni, “Jangan kau sesekali meninggalkan istiqomah
bertawassul kepada para nabi, malaikat dan wali lainnya. Sesungguhnya
bertawassul adalah suatu kebajikan hati dalam mencari syafa’at dan
rahmat para Ahlillah yang menjadi kekasih-Nya”. Tambahnya lagi,
“sesungguhnya derajat yang paling mudah didapat adalah, kedekatan hati
kita dengan para Ahlillah yang menjadi kekasih-Nya, maka tiada lain dan
tiada bukan, istiqomahkan bertawassul kepadanya!”.
Menurut
imam Ibnu Athoillah, “Keluasan dan penghayatan ilmu sangat diperlukan
oleh setiap ummat di dunia. Namun, sebagai rasa takdzim akan
penghormatan kepada para kekasih Alloh SWT. Lebih sangat diutamakan.
Karena sesungguhnya batu loncatan kita sebagai manusia hidup tak lain
adalah bantuan rahmat dari para Ahlillah yang sudah mendahului kita,
kuncinya perbanyaklah bertawassul untuknya”.
Menurut
pendapat para walijawa (walisongo), “Gunakanlah waktumu untuk
kebajikan di jalan-Nya. Sesungguhnya sifat manusia terbagi dalam
kelebihan dan kekurangan. Sebagai seorang mahluk yang serba kekurangan
akan ilmu dan pengetahuan, dekatkanlah dirimu kepada-Nya lewat jalan
para kekasih-Nya (bertawassul) sesungguhnya hanya lewat jalan inilah
kamu sekalian akan mendapat derajat mulia di sisi-Nya”.
Semoga dengan pembedaran ini, kita semua bisa melaksanakannya dengan tulus ikhlas serta mendapatkan syafaat-Nya. Amin.
IDRIS NAWAWI
IDRIS NAWAWI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar